Senin, 12 Oktober 2015

MAKALAH STRUKTUR KAYU 1

                                                     BAB I PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang
            Kayu sebagai salah satu bahan konstruksi banyak digunakan di Indonesia, antara lain untuk keperluan bangunan gedung, rumah tinggal, jembatan, bantalan kereta api dan lain-lainnya, disamping itu ditinjau dari segi arsitektur, bangunan dari kayu mempunyai nilai estetika yang tinggi. Sebagai bahan struktur yang dapat diperbaharui di alam, kayu bagaimanapun juga adalah bahan struktur yang tetap digunakan, walaupun bahan struktur lain seperti beton dan baja juga sering digunakan. Dalam perkembangannya penggunaan kayu sebagai bahan struktur harus dapat dimanfaatkan secara maksimal dan ekonomis, maka aturan perencanaan telah ditetapkan agar keamanan tetap terjamin. Kayu dipilih sebagai bahan struktur karena ringan dan memerlukan peralatan yang sederhana dalam proses pengerjaannya. Kendala pemanfaatan kayu secara optimal saat ini disebabkan kayu dapat mengalami kerusakan akibat serangan jamur, serangga dan pengolahan hutan sebagai sumber utama kayu, tidak dilakukan secara berkesinambungan ditambah kerusakan hutan yang ditimbulkan oleh penebangan liar (illegal logging) telah menyebabkan kelangkaan kayu yang berkualitas baik. Kayu adalah bahan yang bersifat renewable,dimana ketersediaannya akan tetap ada selama pelestarian sumber dayanya tetap terjaga.Kayu dapat didaur ulang secara sempurna dan terurai di alam,sehingga kayu menjadi salah satu bahan struktur yang ramah lingkungan.
2.      Rumusan Masalah
            Pada MAKALAH ini penulis ingin membahas tentang Penggunaan Kayu Sebagai Bahan Struktur, Jenis-jenis Kayu, Metode Pengawetan Kayu dan Kelebihan dan Kelemahan Kayu Pada Bahan Konstruksi.


BAB II PEMBAHASAN

1.      PENGGUNAAH KAYU SEBAGAI  BAHAN STRUKTUR                                  
PENGOLAHAN KAYU (WOOD PROCESSING)
Kayu merupakan bahan yang dihasilkan dari hutan baik hutan alam maupun hutan tanaman, dan merupakan produk biologi yang secara alami sifat-sifatnya tidak dapat diprediksi atau ditentukan oleh manusia. Oleh karena itu kayu mempunyai sifat-sifat yang amat beragam pada masing-masing bagiannya yaitu secara vertikal dari mulai pangkal hingga ujung batang dan secara horizontal mulai dari bagian kulit hingga empulur.

Potensi kayu alternatif sebagai pengganti kayu perdagangan yang sudah beredar sejak lama di Indonesia cukup banyak. Secara umum potensi kayu alternatif untuk pertukangan dapat dibedakan kedalam dua kelompok menurut sumber material, yaitu hutan rakyat dan perkebunan. Kelompok jenis potensial yang terdapat di hutan rakyat diantaranya adalah bayur, durian, jabon, kemiri, mahoni, mangium dan surian. Potensi bahan berkayu yang terdapat di lahan perkebunan terdiri dari karet, kelapa dan sawit (Balfas, 2010).

Sifat-sifat yang erat kaitannya dengan pemanfaatan kayu adalah sifat fisik (kerapatan, kadar air, kekasaran permukaan, penyusutan dan pengembangan), sifat mekanik (sifat yang disebabkan oleh gaya luar yang berkerja, seperti kelenturan, kekakuan dan kekuatan). Sifat pengeringan, pemesinan, keterawetan dan pengawetan.

Sebelum kayu diproses menjadi bahan atau produk seharusnya diperhatikan terlebih dahulu sifat-sifat tersebut di atas untuk mengantisipasi terjadinya cacat yang timbul dari kayunya sendiri (secara alami) atau akibat pengaruh lain seperti kelembaban, jamur dan organisme perusak kayu.

Penggunaan kayu sangat luas dari mulai akar hingga ujung batang bahkan daun dan kulitnya dapat dimanfaatkan oleh bidang-bidang industri lain. Dalam penggunaan kayu sebagai bahan bahan konstruksi bangunan sipil (rumah dan gedung), bangunan maritim (kapal dan pelabuhan) dan barang kerajinan (furniture) amat perlu melakukan kegiatan-kegiatan proses awal seperti dapat digambarkan sebagai berikut :




Hal-hal yang perlu diperhatikan pada sifat-sifat kayu sebelum proses manufacturing antara lain :

  1. susut kayu
Arah radial



Arah tangesial

R




  1.  Kadar air kayu

Pengukuran kadar air kayu diperlukan untuk menentukan sudah memenuhi persyaratan atau belum untuk digunakan terkait dengan peraturan penggunaan kayu. Disamping itu kadar air juga berpengaruh terhadap perubahan bentuk seperti memangkuk, memuntir dan membusur.
  1. Pengawetan kayu
Untuk memperpanjang masa layan kayu perlu dilakukan pengawetan guna mencegah terjadinya serangan organisme perusak kayu (OPK).
  1. Pengujian bahan
Untuk mengetahui ketahanan suatu jenis kayu terhadap beban/gaya luar yang bekerja pada saat digunakan maka perlu diuji sifat mekaniknya di laboratium. Hal ini diperlukan terutama untuk perencanaan konstruksi berat. Pada perencanaan struktur bangunan sipil terdapat peraturan-peraturan yang mensyaratkan beberapa sifat fisik dan mekanik kayu



seperti PKKI 1961 (untuk bangunan gedung), BKI (untuk bangunan kapal kayu). Sifat-sifat utama yang harus diuji dalam perencanaan adalah berat jenis/kerapatan, kadar air, kuat lentur, kuat geser dan kuat tekan.

  1. Penentuan kelas kekuatan kayu Indonesia

Di Indonesia terdapat lima kelas kuat kayu yang ditentukan berdasarkan hasil pengujian sifat fisik dan mekanik kayu menurut Tabel berikut :


Tabel 1. Kelas Kekuatan Kayu Indonesia
Kelas Kuat
Berat Jenis
Keteguhan lentur
Keteguhan tekan mutlak

mutlak (kg/cm2)
(kg/cm2)

I
Lebih dari 0,90
Lebih dari1100
Lebih dari 650

II
0,60 ~ 0,90
725 ~ 1100
435 ~ 650

III
0,40 ~ 0,60
500 ~ 725
300 ~ 435

IV
0,30 ~ 0,40
360 ~ 500
215 ~ 300

V
Kurang dari 0,30
Kurang dari 360
Kurang dari 215

Sumber : Den Berger (1923)

Selain untuk konstruksi kayu juga dimanfaatkan sebagai bahan konstruksi non struktur, furniture atau barang kerajinan dan perabot rumah tangga. Agar kegunaan tepat diperlukan proses lain yaitu penggergajian/pemesinan dan finishing. Sifat penggergajian dan pemesinan diperlukan untuk mengetahui teknik penggergajian, konsumsi energi, rendemen, kemudahan dalam pengerjaannya dan kesesuaian dalam penggunaannya.
Pengujian sifat pemesinan dilakukan menurut metode ASTM D-1666-64 dengan modifikasi (Abdurachman dan Karnasudirdja, 1982). Sifat yang pemesinan diuji adalah sifat penyerutan, pengampelasan, pemboran, pembentukan dan pembubutan. Sifat pemesinan dibagi menjadi lima kelas berdasarkan persentase contoh uji yang bebas cacat sebagai berikut.
Tabel 2. Kelas Pemesinan Kayu

Kelas
Nilai Bebas Cacat
Sifat Pemesinan



I
80 ~ 100
Sangat baik
II
60 ~ 80
Baik
III
40 ~ 60
Sedang
IV
20 ~ 40
Jelek
V
0 ~ 20
Sangat jelek



Sumber Atlas Kayu Indonesia (2005)

Beberapa contoh produk kayu olahan antara lain :
  1.  Konstruksi bangunan rumah/gedung berupa kuda-kuda kayu dan kusen








Kuda-kuda dari kayu laminasi (glulam)       















Kusen pintu dan jendela dari kayu laminasi (glulam)


Kusen kayu solid

  1.  Konstruksi kapal kayu











Kapal kayu penangkap ikan
  1. Barang kerajinan/furniture








Proses pembuatan barang kerajinan




  1.  Papan sambung












Papan sambung


  1. Papan sambung dengan finger joint (FJLB)









Sambungan finger joint


6.      Betang
Rumah Dayak Panjangnya 180 Meter, Seperti Apa Isinya?
Ada 2 teras di Rumah Betang: luar dan dalam. Seluruh rumah terbuat dari material kayu belian, alias kayu besi khas Kalimantan.



2.      Jenis dan Kelas Kayu Yang Umum Digunakan Untuk Bahan Konstruksi
Kayu Jati
KAYU JATI

Kayu jati  sering dianggap sebagai kayu dengan serat dan tekstur paling indah. Karakteristiknya yang stabil, kuat dan tahan lama membuat kayu ini menjadi pilihan utama sebagai material bahan bangunan. Termasuk kayu dengan Kelas Awet I, II dan Kelas Kuat I, II. Kayu jati juga terbukti tahan terhadap jamur, rayap dan serangga lainnya karena kandungan minyak di dalam kayu itu sendiri. Tidak ada kayu lain yang memberikan kualitas dan penampilan sebanding dengan kayu jati.


Pohon Jati bukanlah jenis pohon yang berada di hutan hujan tropis yang ditandai dengan curah hujan tinggi sepanjang tahun. Sebaliknya, hutan jati tumbuh dengan baik di daerah kering dan berkapur di Indonesia, terutama di pulau Jawa. Jawa adalah daerah penghasil pohon Jati berkualitas terbaik yang sudah mulai ditanam oleh Pemerintah Belanda sejak tahun 1800 an, dan sekarang berada di bawah pengelolaan PT Perum Perhutani. Semua kayu jati kami disupply langsung dari Perhutani dari TPK daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kami tidak memakai kayu jati selain dari 2 daerah tersebut.


Harga kayu jati banyak dipengaruhi dari asal, ukuran dan kriteria batasan kualitas kayu yang ditoleransi, seperti: ada mata sehat, ada mata mati, ada doreng, ada putih. Penentuan kualitas kayu jati yang diinginkan seharusnya mempertimbangkan type aplikasi finishing yang dipilih. Selain melindungi kayu dari kondisi luar, finishing pada kayu tersebut diharapkan dapat memberikan nilai estetika pada kayu tersebut dengan menonjolkan kelebihan dan kekurangan kualitas kayu tersebut.

Kayu Merbau
KAYU MERBAU


Kayu Merbau termasuk salah satu jenis kayu yang cukup keras dan stabil sebagai alternatif pembanding dengan kayu jati. Merbau juga terbukti tahan terhadap serangga. Warna kayu merbau coklat kemerahan dan kadang disertai adanya highlight kuning. Merbau memiliki tekstur serat garis terputus putus. Pohon merbau termasuk pohon hutan hujan tropis. Termasuk kayu dengan Kelas Awet I, II dan Kelas Kuat I, II. Merbau juga terbukti tahan terhadap serangga. Warna kayu merbau coklat kemerahan dan kadang disertai adanya highlight kuning. Kayu merbau biasanya difinishing dengan melamin warna gelap / tua. Merbau memiliki tekstur serat garis terputus putus. Pohon merbau termasuk pohon hutan hujan tropis. Pohon Merbau tumbuh subur di Indonesia, terutama di pulau Irian / Papua. Kayu merbau kami berasal dari Irian / Papua.

Kayu Bangkire
KAYU BANGKIRE/YELLOW BALAU

Kayu Bangkirai termasuk jenis kayu yang cukup awet dan kuat. Termasuk kayu dengan Kelas Awet I, II, III dan Kelas Kuat I, II. Sifat kerasnya juga disertai tingkat kegetasan yang tinggi sehingga mudah muncul retak rambut dipermukaan. Selain itu, pada kayu bangkirai sering dijumpai adanya pinhole. Umumnya retak rambut dan pin hole ini dapat ditutupi dengan wood filler. Secara struktural, pin hole ini tidak mengurangi kekuatan kayu bangkirai itu sendiri. Karena kuatnya, kayu ini sering digunakan untuk material konstruksi berat seperti atap kayu. Kayu bangkirai termasuk jenis kayu yang tahan terhadap cuaca sehingga sering menjadi pilihan bahan material untuk di luar bangunan / eksterior seperti lis plank, outdoor flooring / decking, dll. Pohon Bangkirai banyak ditemukan di hutan hujan tropis di pulau Kalimantan. Kayu berwarna kuning dan kadang agak kecoklatan, oleh karena itulah disebut yellow balau. Perbedaan antara kayu gubal dan kayu teras cukup jelas, dengan warna gubal lebih terang. Pada saat baru saja dibelah/potong, bagian kayu teras kadang terlihat coklat kemerahan.

Kayu Kamper
KAYU KAMPER

kayu kamper telah lama menjadi alternatif bahan bangunan yang harganya lebih terjangkau. Meskipun tidak setahan lama kayu jati dan sekuat bangkirai, kamper memiliki serat kayu yang halus dan indah sehingga sering menjadi pilihan bahan membuat pintu panil dan jendela. Karena tidak segetas bangkirai, retak rambut jarang ditemui. Karena tidak sekeras bangkirai, kecenderungan berubah bentuk juga besar, sehingga, tidak disarankan untuk pintu dan jendela dengan desain terlalu lebar dan tinggi. Termasuk kayu dengan Kelas Awet II, III dan Kelas Kuat II, I. Pohon kamper banyak ditemui di hutan hujan tropis di kalimantan. Samarinda adalah daerah yang terkenal menghasilkan kamper dengan serat lebih halus dibandingkan daerah lain di Kalimantan.


Kayu Kelapa
KAYU KELAPA

Kayu kelapa adalah salah satu sumber kayu alternatif baru yang berasal dari perkebunan kelapa yang sudah tidak menghasilkan lagi (berumur 60 tahun keatas) sehingga harus ditebang untuk diganti dengan bibit pohon yang baru. Sebenarnya pohon kelapa termasuk jenis palem. Semua bagian dari pohon kelapa adalah serat /fiber yaitu berbentuk garis pendek-pendek. Anda tidak akan menemukan alur serat lurus dan serat mahkota pada kayu kelapa karena semua bagiannya adalah fiber. Tidak juga ditemukan mata kayu karena pohon kelapa tidak ada ranting/ cabang. Pohon kelapa tumbuh subur di sepanjang pantai Indonesia. Namun, yang paling terkenal dengan warnanya yang coklat gelap adalah dari Sulawesi. Pohon kelapa di jawa umumnya berwarna terang.


kayu meranti merah
KAYU MERANTI MERAH

Kayu meranti merah termasuk jenis kayu keras, warnanya merah muda tua hingga merah muda pucat, namun tidak sepucat meranti putih. selain bertekstur tidak terlalu halus, kayu meranti juga tidak begitu tahan terhadap cuaca, sehingga tidak dianjurkan untuk dipakai di luar ruangan. Termasuk kayu dengan Kelas Awet III, IV dan Kelas Kuat II, IV. Pohon meranti banyak ditemui di hutan di pulau kalimantan

kayu karet
KAYU KARET

Botanical Name: Hevea brasiliensis

Family Name: Euphorbiaceae

Kayu Karet, dan oleh dunia internasional disebut Rubber wood pada awalnya hanya tumbuh di daerah Amzon, Brazil. Kemudian pada akhir abad 18 mulai dilakukan penanaman di daerah India namun tidak berhasil. Lalu dibawa hingga ke Singapura dan negara-negara Asia Tenggara lainnya termasuk tanah Jawa.

Warna Kayu
Kayu karet berwarna putih kekuningan, sedikit krem ketika baru saja dibelah atau dipotong. Ketika sudah mulai mengering akan berubah sedikit kecoklatan.
Tidak terdapat perbedaan warna yang menyolok pada kayu gubal dengan kayu teras. Bisa dikatakan hampir tidak terdapat kayu teras pada rubberwood.

Densitas
Kayu karet tergolong kayu lunak - keras, tapi lumayan berat dengan densitas antara 435-625 kg/m3 dalam level kekeringan kayu 12%.
Kayu Karet termasuk kelas kuat II, dan kelas awet III, sehingga kayu karet dapat digunakan sebagai substitusi alternatif kayu alam untuk bahan konstruksi


Kayu Gelam
KAYU GELAM

Kayu gelam sering digunakan pada bagian perumahan, perahu,
Kayu bakar, pagar, atau tiang tiang sementara. Kayu gelam dengan diameter kecil umumnya dikenal dan dipakai sebagai steger pada konstruksi beton, sedangkan yang berdiameter besar biasa dipakai untuk cerucuk pada pekerjaan sungai dan jembatan. Kayu ini juga dapat dibuat arang atau arang aktif untuk bahan penyerap.

Kayu Ulin
KAYU ULIN

Kayu ini banyak digunakan untuk bahan bangunan rumah, kantor, gedung, serta bangunan lainnya. Berdasarkan catatan, kayu ulin merupakan salah satu jenis kayu hutan tropika basah yang tumbuh secara alami di wilayah Sumatera Bagian Selatan dan Kalimantan.
Jenis ini dikenal dengan nama daerah ulin, bulian, bulian rambai, onglen, belian, tabulin dan telian.
Pohon ulin termasuk jenis pohon besar yang tingginya dapat mencapai 50 m dengan diameter samapi 120 cm, tumbuh pada dataran rendah sampai ketinggian 400 m. Kayu Ulin berwarna gelap dan tahan terhadap air laut.
Kayu ulin banyak digunakan sebagai konstruksi bangunan berupa tiang bangunan, sirap (atap kayu), papan lantai,kosen, bahan untuk banguan jembatan, bantalan kereta api dan kegunaan lain yang memerlukan sifat-sifat khusus awet dan kuat. Kayu ulin termasuk kayu kelas kuat I dan Kelas Awet I.

kayu akasia
KAYU AKASIA

Kayu Akasia (acacia mangium), mempunyai berat jenis rata-rata 0,75 berarti pori-pori dan seratnya cukup rapat sehingga daya serap airnya kecil. Kelas awetnya II, yang berarti mampu bertahan sampai 20 tahun keatas, bila diolah dengan baik. Kelas kuatnya II-I, yang berarti mampu menahan lentur diatas 1100 kg/cm2 dan mengantisipasi kuat desak diatas 650 kg/cm2. Berdasarkan sifat kembang susut kayu yang kecil, daya retaknya rendah, kekerasannya sedang dan bertekstur agak kasar serta berserat lurus berpadu, maka kayu ini mempunyai sifat pengerjaan mudah, sehingga banyak diminati untuk digunakan sebagai 
bahan konstruksi maupun bahan meibel-furnitur.

Demikian mengenai materi Mengenal Jenis dan Ciri Kayu Yang Sering Digunakan Sebagai Bahan Konstruksi semoga bermanfaat untuk anda semuanya.




  1. JENIS PENGAWETAN KAYU
Keawetan kayu berhubungan erat dengan pemakaiannya. Kayu dikatakan awet bila mempunyai umur pakai lama. Kayu berumur pakai lama bila mampu menahan bermacam-macam factor perusak kayu. Dengan kata lain: keawetan kayu ialah daya tahan suatu jenis kayu terhadap factor-faktor perusak yang datang dari luar tubuh kayu itu sendiri. Kayu diselidiki keawetannya pada bagian kayu terasnya, sedangkan kayu gubalnya kurang diperhatikan. Pemakaian kayu menentukan pula umur keawetannya. Kayu, yang awet dipakai dalam konstruksi atap, belum pasti dapat bertahan lama bila digunakan di laut, ataupun tempat lain yang berhubungan langsung dengan tanah.
Demikian pula kayu yang dianggap awet bila dipakai di Indonesia. Serangga perusak kayu juga berpengaruh besar. Kayu yang mampu menahan serangga rayap tanah, belum tentu mampu menahan serangan bubuk. Oleh karena itu tiap-tiap jenis kayu mempunyai keawetan yang berbeda pula. Misalnya keawetan kayu meranti tidak akan sama dengan keawetan kayu jati. Ada kalanya pada satu jenis kayu terdapat keawetan yang berbeda, disebabkan oleh perbedaan ekologi tumbuh dari pohon tersebut.

PRINSIP-PRINSIP DALAM PENGAWETAN KAYU


Untuk pengawetan yang baik perlu diperhatikan prinsip prinsip di bawah ini:
1. Pengawetan kayu harus merata pada seluruh bidang kayu.
2. Penetrasi dan retensi bahan pengawet diusahakan masuk sedalam dan sebanyak mungkin di dalam kayu.
3. Dalam pengawetan kayu bahan pengawet harus tahan terhadap pelunturan (faktor bahan pengawetnya).
4. Faktor waktu yang digunakan.
5. Metode pengawetan yang digunakan.
6. Faktor kayu sebelum diawetkan, meliputi jenis kayu, kadar air kayu, zat ekstraktif yang dikandung oleh kayu serta sifat-sifat lainnya.
7. Faktor perlatan yang dipakai serta manusia yang melaksanakannya.



 JENIS PENGAWETAN KAYU
1. Pengawetan remanen atau sementara (prophylactis treatment) bertujuan menghindari serangan perusak kayu pada kayu basah (baru ditebang) antara lain blue stain, bubuk kayu basah dan serangga lainnya. Bahan pengawet yang dipakai antara lain NaPCP (Natrium Penthaclor Phenol), Gammexane, Borax, baik untuk dolok maupun kayu gergajian basah.
2. Pengawetan permanent bertujuan menahan semua faktor perusak kayu dalam waktu selama mungkin. Yang perlu diperhatikan dalam pengawetan, kayu tidak boleh diproses lagi (diketam ataupun digergaji, dibor, dan lain-lain), sehingga terbukanya permukaan kayuu yang sudah diawetkan. Bila terpaksa harus diolah, maka bekas pemotongan harus diberi bahan pengawet lagi. Adapun bahan pengawet yang dapat dipakai untuk pengawetan remanen (sementara). Pengawetan remanen umumnya hanya menggunakan metode pelaburan dan penyemprotan, sedangkan pengawetan tetap dapat menggunakan semua metode, tergantung bahan pengawet yang dipakai serta penetrasi dan retensi yang diinginkan. Sehingga pengawetan dapat lebih efektif dan waktu pemakaiannya dapat selama mungkin.

Ada 2 macam metode pengawetan yang pokok:
   
    A. Pengawetan metode sederhana :


1. Metode Rendaman
Kayu direndam di dalam bak larutan bahan pengawet yang telah ditentukan konsentrasi (kepekatan) bahan pengawet dan larutannya, selama beberapa jam atau beberapa hari. Waktu pengawetan (rendaman) kayu harus seluruhnya terendam, jangan sampai ada yang terapung. Karena itu diberi beban pemberat dan sticker. Ada beberapa macam pelaksanaan rendaman, antara lain rendaman dingin, rendaman panas, dan rendaman panas dan rendaman dingin. Cara rendaman dingin dapat dilakukan dengan bak dari beton, kayu atau logam anti karat. Sedangkan cara rendaman panas atau rendaman panas dan dingin lazim dilakukan dalam bak dari logam.
Bila jumlah kayu yang akan diawetkan cukup banyak, perlu disediakan dua bak rendaman (satu bak untuk merendam dan bak kedua untuk membuat larutan bahan pengawet, kemudian diberi saluran penghubung). Setelah kayu siap dengan beban pemberat dan lain-lain, maka bahan pengawet dialirkan ke bak berisi kayu tersebut. Cara rendaman panas dan dingin lebih baik dari cara rendaman panas atau rendaman dingin saja. Penetrasi dan retensi bahan pengawet lebih dalam dan banyak masuk ke dalam kayu. Larutan bahan pengawet berupa garam akan memberikan hasil lebih baik daripada bahan pengawet larut minyak atau berupa minyak, karena proses difusi. Kayu yang diawetkan dengan cara ini dapat digunakan untuk bangunan di bawah atap dengan penyerang perusak kayunya tidak hebat.

Kelebihan :
A. Penetrasi dan retensi bahan pengawet lebih banyak
B. Kayu dalam jumlah banyak dapat diawetkan bersama
C. Larutan dapat digunakan berulang kali (dengan menambah konsentrasi bila berkurang)
Kekurangan:
A. Waktu agak lama, terlebih dengan rendaman dingin
B. Peralatan mudah terkena karat
C. Pada proses panas, bila tidak hati - hati kayu bisa terbakar
D. Kayu basah agak sulit diawetkan
Kusen kita rendam kurang lebih 5 – 10 menit agar obat masuk kedalam pori-pori kayu



2. Metode Pencelupan
kayu dimasukkan ke dalam bak berisi larutan bahan pengawet dengan konsentrasi yang telah ditentukan, dengan waktu hanya beberapa menit bahkan detik. Kelemahan cara ini: penetrasi dan retensi bahan pengawet tidak memuaskan. Hanya melapisi permukaan kayu sangat tipis, tidak berbeda dengan cara penyemprotan dan pelaburan (pemolesan). Cara ini umumnya dilakukan di industri-industri penggergajian untuk mencegah serangan jamur blue stain. Bahan pengawet yang dipakai Natrium Penthachlorophenol. Hasil pengawetan ini akan lebih baik baila kayu yang akan diawetkan dalam keadaan kering dan bahan pengawetnya dipanaskan lebih dahulu.
Kelebihan :
A. Proses sangat cepat
B. Bahan pengawet dapat dipakai berulang kali (hemat)
C. Peralatan cukup sederhana
Kekurangan :
A. Penetrasi dan retensi kecil sekali, terlebih pada kayu basah
B. Mudah luntur, karena bahan pengawet melapisi permukaan kayu sangat tipis.
Perendaman Panas.jpg
Metode Pencelupan




3. Metode Pemulasan
Cara pengawetan ini dapat dilakukan dengan alat yg sederhana. Bahan pengawet yang masuk dan diam di dalam kayu sangat tipis. Bila dalam kayu terdapat retak-retak, penembusan bahan pengawet tentu lebih dalam. Cara pengawetan ini hanya dipakai untuk maksut tertentu,yaitu:
a. Pengawetan sementara di daerah ekploatasi atau kayu-kayu gergajian untuk mencegah serangan jamur atau bubuk kayu basah.
b. Untuk membunuh serangga atau perusak kayu yang belum banyak dan belum merusak kayu (represif).
c. Untuk pengawetan kayu yang sudah terpasang. Cara pengawetan ini hanya dianjurkan bila serangan perusak kayu tempat kayu akan dipakai tidak hebat (ganas).

Kelebihan :
A. Alat sederhana, mudah penggunaannya
B. Biaya relatif murah
Kekurangan :
A. Penetrasi dan retensi bahan pengawet kecil
B . Mudah luntur

4. Metode Pembalutan
cara pengawetan ini khusus digunakan untuk mengawetkan tiang-tiang dengan menggunakan bahan pengawet bentuk cream (cairan) pekat, yang dilaburkan/diletakkan pada permukaan kayu yang masih basah. Selanjutnya dibalut sehingga terjadilah proses difusi secara perlahan-lahan ke dalam kayu.

Kelebihan :
A. Peralatan sederhana
B. Penetrasi lebih baik, hanya waktu agak lama
C. Digunakan untuk tiang-tiang kering ataupun basah
 Kekurangan :
A. Pemakaian bahan pengawet boros
B. Jumlah kayu yang diawetkan terbatas, waktu membalut lama
C. Membahayakan mahluk hidup sekitarnya (hewan dan tanaman)
Teknik-Cara-Pengawetan-Kayu.jpg
Metode Pemulasan

B. Pengawetan metode khusus :
Proses vakum dan tekanan (cara modern) :
Proses ini ada 2 macam menurut kerjanya :
1. Proses sel penuh antara lain :
•       Proses Bethel
•       Proses Burnett
2. Proses sel kosong antara lain :
•       Proses Rueping
•       Proses Lowry
Keduanya berbeda pada pelaksanaan permulaan. Proses Rueping langsung memasukkan bahan pengawet dengan tekanan sampai ± 4 atmosfer, kemudian dinaikkan sampai sekitar 7-8 atmosfer. Sedangkan pada proses lowry tidak digunakan tekanan awal, tapi tekanan langsung sampai 7 atmosfer. Beberapa jam kemudian tekanan dihentikan dan bahan pengawet dikeluarkan dan dilakukan vakum selama 10 menit untuk membersihkan permukaan kayu dari larutan bahan pengawet.




URUTAN KERJA DALAM PENGAWETAN
Ada dua macam urutan kerja pada proses pengawetan kayu :

1. Urutan kerja pada proses pengawetan sel penuh :
• Kayu dimasukkan ke dalam tangki pengawet, tangki ditutup rapat agar jangan terjadi kebocoran.
• Dilakukan pengisapan udara (vakum) dalam tangki sampai 60 cm/Hg, selama kira-kira 90 menit, agar udara dapat keluar dari dalam kayu.
• Sambil vakum dipertahankan, larutan pengawet kayu dimasukkan ke dalam tangki pengawet hingga penuh.
• Setelah penuh, proses vakum dihentikan kemudian diganti dengan proses tekanan sampai sekitar 8 – 15 atmosfer selama kurang lebih 2 jam.
• Proses penekanan dihentikan dan bahan pengawet kayu dikeluarkan dari tangki kembali ke tangki persediaan.
• Dilakukan vakum terakhir sampai 40 cm/Hg, selama 10 – 15 menit, dengan maksud untuk membersihkan permukaan kayu dari bahan pengawet.

2. Urutan kerja pada proses pengawetan sel kosong :
• Kayu dimasukkan ke dalam tangki pengawet, tangki ditutup rapat.
• Tanpa vakum, langsung pemberian tekanan udara sampai 4 atmosfer, selama 10 – 20 menit.
• Sementara tekanan udara dipertahankan, larutan bahan pengawet dimasukkan ke dalam tangki pengawet hingga penuh.
• Kemudian tekanan ditingkatkan sampai 7 – 8 atmosfer selama beberapa jam
• Tekanan dihentikan dan bahan pengawet dikeluarkan.
•Dilakukan vakum 60 cm/Hg, selama 10 menit untuk membersihkan permukaan kayu dari kelebihan bahan pengawet.

Perbedaan proses sel penuh dan sel kosong ialah sebagai berikut :
1. pada proses sel penuh bahan pengawet dapat mengisi seluruh lumen sel
2. sedangkan pada sel kosong hanya mengisi ruang antar sel.
Metode-Pengawetan-Kayu-dengan-Sistem-Vakum-Tekan-adalah-salah-satu-metode-mengawetkan-kayu..jpg
Metode Vakum


Metode-vakum-tekan..jpg



4.      Kelebihan dan Kekurangan Kayu Sebagai Bahan Konstruksi
Kayu, mungkin dan hampir pasti setiap hari kita melihat yang namanya kayu. Mulai dari meja, kursi, pintu, rangka atap, dan masih banyak lagi benda yang menggunakan kayu sebagai bahan pembuatannya. Meski saat ini sudah ada bahan alternatif pengganti kayu, misalkan saja baja, besi, plastik, dan lain sebagainya, namun kayu masihlah menjadi bahan yang paling banyak dipergunakan.

Dibandingkan dengan material lain, kayu memiliki beberapa kelebihan, diantaranya adalah:
  • Kayu mudah dalam pengerjaan, bisa dibuat atau dibentuk sesuai keinginan, misalkan saja untuk ukiran, desain kusen, dll. Selain itu, kayu juga mudah untuk dipaku, dibaut, dan direkatkan
  • Kualitas kayu bisa dilihat secara visual, misalkan saja bila terjadi cacat kayu dapat diketahui secara kasat mata.
  • Kayu lebih tahan terhadap tekanan dan lenturan.
  • Dengan adanya bermacam jenis kayu, maka kayu memiliki tekstur yang baik dan indah.
  • Kayu memiliki berat jenis yang cukup ringan sehingga bisa mengapung dan sifat resonansinya.
  • Kayu dapat diubah menjadi bentuk pulp (bubur kayu), dan bisa diolah untuk dijadikan bahan produk lainnya, misal untuk bahan baku pembuatan kertas.
Sedangkan kekurangan atau kelemahan material kayu diantaranya adalah:
  • Tidak tahan api, sehingga kayu mudah terbakar, apalagi kalau dalam kondisi kering.
  • Kayu tidak dapat dimanfaatkan secara keseluruhan sehingga sisa penggunaan kayu hanya menjadi limbah.
  • Untuk pekerjaan tertentu (yang besar atau lebar), kayu tidak bisa menutup secara keselurahan karena terbatasnya diameter kayu. Biasanya untuk menyikapi hal ini kayu harus disambung atau diperlebar/perbesar.
  • Kayu mudah diserang oleh serangga pemakan kayu seperti rayap atau serangga lainnya.
  • Kayu mengandung air dan berpengaruh besar terhadap bentuk kayu. Kayu yang belum kering biasanya masih mengalami penyusutan atau perubahan bentuk, oleh karena itu kayu harus dikeringkan sebelum digunakan.
  • Kayu bersifat higroskopis, dan sensitif terhadap kelembaban. 



                                                    BAB III PENUTUP               
1.      Kesimpulan
Struktur kayu merupakan suatu struktur yang elemen susunannya adalah kayu.Dalam perkembangannya, struktur kayu banyak digunakan sebagai alternatif dalam perencanaan pekerjaan-pekerjaan sipil, diantaranya adalah : rangka kuda-kuda, rangkadan gelagar jembatan, struktur perancah, kolom, dan balok lantai bangunan.Pada dasarnya kayu merupakan bahan alam yang banyak memiliki kelemahanstruktural, sehingga pengunaan kayu sebagai bahan struktur perlu memperhatikan sifat-sifat tersebut. Oleh sebab itu, maka struktur kayu kurang populer dibandingkan dengan beton dan baja. Akibatnya saat ini terdapat kecenderungan beralihnya peran kayu dari bahan struktur menjadi bahan pemerindah (dekoratif). Namun demikian pada kondisi tertentu (misalnya : pada daerah tertentu, dimanasecara ekonomis kayu lebih menguntungkan dari pada penggunaan bahan yang lain) peranan kayu sebagai bahan struktur masih digunakan.

2.       Saran
Kita perlu memperhatikan sifat sifat, jenis, ukuran dan harga ini untuk menggunakan kayu sebagai bahan kontruksi kita.  Sehingga dalam penggunaannya maksimal.



Daftar Pustaka

Ø  https://www.google.co.id/search?q=pengawetan+kayu+dengan+vakum&biw=1366&bih=650&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0CAcQ_AUoAWoVChMIlMv8paaZyAIVxFuOCh2eIQCG#imgrc=2iYJHnEO6zpIDM%3A