1.
Latar Belakang
Kayu
sebagai salah satu bahan konstruksi banyak digunakan di Indonesia, antara lain
untuk keperluan bangunan gedung, rumah tinggal, jembatan, bantalan kereta api
dan lain-lainnya, disamping itu ditinjau dari segi arsitektur, bangunan dari
kayu mempunyai nilai estetika yang tinggi. Sebagai bahan struktur yang dapat
diperbaharui di alam, kayu bagaimanapun juga adalah bahan struktur yang tetap
digunakan, walaupun bahan struktur lain seperti beton dan baja juga sering
digunakan. Dalam perkembangannya penggunaan kayu sebagai bahan struktur harus
dapat dimanfaatkan secara maksimal dan ekonomis, maka aturan perencanaan telah
ditetapkan agar keamanan tetap terjamin. Kayu dipilih sebagai bahan struktur
karena ringan dan memerlukan peralatan yang sederhana dalam proses
pengerjaannya. Kendala pemanfaatan kayu secara optimal saat ini disebabkan kayu
dapat mengalami kerusakan akibat serangan jamur, serangga dan pengolahan hutan
sebagai sumber utama kayu, tidak dilakukan secara berkesinambungan ditambah
kerusakan hutan yang ditimbulkan oleh penebangan liar (illegal logging) telah
menyebabkan kelangkaan kayu yang berkualitas baik. Kayu adalah bahan yang
bersifat renewable,dimana ketersediaannya akan tetap ada selama pelestarian
sumber dayanya tetap terjaga.Kayu dapat didaur ulang secara sempurna dan
terurai di alam,sehingga kayu menjadi salah satu bahan struktur yang ramah
lingkungan.
2.
Rumusan Masalah
Pada
MAKALAH ini penulis ingin membahas tentang Penggunaan Kayu Sebagai Bahan
Struktur, Jenis-jenis Kayu, Metode Pengawetan Kayu dan Kelebihan dan Kelemahan
Kayu Pada Bahan Konstruksi.
BAB II PEMBAHASAN
1.
PENGGUNAAH
KAYU SEBAGAI BAHAN STRUKTUR
PENGOLAHAN KAYU (WOOD PROCESSING)
Kayu merupakan bahan yang dihasilkan dari
hutan baik hutan alam maupun hutan tanaman, dan merupakan produk biologi yang
secara alami sifat-sifatnya tidak dapat diprediksi atau ditentukan oleh
manusia. Oleh karena itu kayu mempunyai sifat-sifat yang amat beragam pada
masing-masing bagiannya yaitu secara vertikal dari mulai pangkal hingga ujung
batang dan secara horizontal mulai dari bagian kulit hingga empulur.
Potensi kayu alternatif sebagai
pengganti kayu perdagangan yang sudah beredar sejak lama di Indonesia cukup
banyak. Secara umum potensi kayu alternatif untuk pertukangan dapat dibedakan
kedalam dua kelompok menurut sumber material, yaitu hutan rakyat dan
perkebunan. Kelompok jenis potensial yang terdapat di hutan rakyat diantaranya
adalah bayur, durian, jabon, kemiri, mahoni, mangium dan surian. Potensi bahan
berkayu yang terdapat di lahan perkebunan terdiri dari karet, kelapa dan sawit
(Balfas, 2010).
Sifat-sifat yang erat kaitannya dengan
pemanfaatan kayu adalah sifat fisik (kerapatan, kadar air, kekasaran permukaan,
penyusutan dan pengembangan), sifat mekanik (sifat yang disebabkan oleh gaya
luar yang berkerja, seperti kelenturan, kekakuan dan kekuatan). Sifat
pengeringan, pemesinan, keterawetan dan pengawetan.
Sebelum kayu diproses menjadi bahan atau
produk seharusnya diperhatikan terlebih dahulu sifat-sifat tersebut di atas
untuk mengantisipasi terjadinya cacat yang timbul dari kayunya sendiri (secara
alami) atau akibat pengaruh lain seperti kelembaban, jamur dan organisme
perusak kayu.
Penggunaan kayu sangat luas dari mulai
akar hingga ujung batang bahkan daun dan kulitnya dapat dimanfaatkan oleh
bidang-bidang industri lain. Dalam penggunaan kayu sebagai bahan bahan
konstruksi bangunan sipil (rumah dan gedung), bangunan maritim (kapal dan
pelabuhan) dan barang kerajinan (furniture) amat perlu melakukan
kegiatan-kegiatan proses awal seperti dapat digambarkan sebagai berikut :
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada
sifat-sifat kayu sebelum proses manufacturing antara lain :
- susut kayu

Arah radial
Arah tangesial
R

- Kadar air kayu
Pengukuran kadar air kayu diperlukan
untuk menentukan sudah memenuhi persyaratan atau belum untuk digunakan terkait
dengan peraturan penggunaan kayu. Disamping itu kadar air juga berpengaruh
terhadap perubahan bentuk seperti memangkuk, memuntir dan membusur.
- Pengawetan
kayu
Untuk memperpanjang masa layan kayu
perlu dilakukan pengawetan guna mencegah terjadinya serangan organisme perusak
kayu (OPK).
- Pengujian
bahan
Untuk mengetahui ketahanan suatu jenis
kayu terhadap beban/gaya luar yang bekerja pada saat digunakan maka perlu diuji
sifat mekaniknya di laboratium. Hal ini diperlukan terutama untuk perencanaan
konstruksi berat. Pada perencanaan struktur bangunan sipil terdapat
peraturan-peraturan yang mensyaratkan beberapa sifat fisik dan mekanik kayu
seperti PKKI 1961
(untuk bangunan gedung), BKI (untuk bangunan kapal kayu). Sifat-sifat utama
yang harus diuji dalam perencanaan adalah berat jenis/kerapatan, kadar air,
kuat lentur, kuat geser dan kuat tekan.
- Penentuan
kelas kekuatan kayu Indonesia
Di
Indonesia terdapat lima kelas kuat kayu yang ditentukan berdasarkan hasil
pengujian sifat fisik dan mekanik kayu menurut Tabel berikut :
Tabel
1. Kelas Kekuatan Kayu Indonesia

Kelas Kuat
|
Berat Jenis
|
Keteguhan
lentur
|
Keteguhan tekan mutlak
|
|
mutlak (kg/cm2)
|
(kg/cm2)
|
|
||
I
|
Lebih dari 0,90
|
Lebih
dari1100
|
Lebih
dari 650
|
|
II
|
0,60 ~ 0,90
|
725
~ 1100
|
435
~ 650
|
|
III
|
0,40 ~ 0,60
|
500
~ 725
|
300
~ 435
|
|
IV
|
0,30 ~ 0,40
|
360
~ 500
|
215
~ 300
|
|
V
|
Kurang
dari 0,30
|
Kurang
dari 360
|
Kurang
dari 215
|
|
Sumber
: Den Berger (1923)
Selain
untuk konstruksi kayu juga dimanfaatkan sebagai bahan konstruksi non struktur,
furniture atau barang kerajinan dan perabot rumah tangga. Agar kegunaan tepat
diperlukan proses lain yaitu penggergajian/pemesinan dan finishing. Sifat
penggergajian dan pemesinan diperlukan untuk mengetahui teknik penggergajian,
konsumsi energi, rendemen, kemudahan dalam pengerjaannya dan kesesuaian dalam
penggunaannya.
Pengujian
sifat pemesinan dilakukan menurut metode ASTM D-1666-64 dengan modifikasi
(Abdurachman dan Karnasudirdja, 1982). Sifat yang pemesinan diuji adalah sifat
penyerutan, pengampelasan, pemboran, pembentukan dan pembubutan. Sifat
pemesinan dibagi menjadi lima kelas berdasarkan persentase contoh uji yang
bebas cacat sebagai berikut.
Tabel 2. Kelas Pemesinan Kayu
Kelas
|
Nilai Bebas Cacat
|
Sifat Pemesinan
|
|
|
|
I
|
80
~ 100
|
Sangat baik
|
II
|
60
~ 80
|
Baik
|
III
|
40
~ 60
|
Sedang
|
IV
|
20
~ 40
|
Jelek
|
V
|
0
~ 20
|
Sangat jelek
|
|
|
|
Sumber Atlas Kayu Indonesia (2005)
Beberapa
contoh produk kayu olahan antara lain :

Kuda-kuda dari kayu laminasi
(glulam)

Kusen
pintu dan jendela dari kayu laminasi (glulam)

- Konstruksi kapal kayu

Kapal
kayu penangkap ikan
- Barang
kerajinan/furniture

Proses
pembuatan barang kerajinan
- Papan sambung

Papan sambung
- Papan sambung dengan finger
joint (FJLB)

Sambungan finger joint
6. Betang

Ada 2 teras di Rumah Betang: luar dan dalam.
Seluruh rumah terbuat dari material kayu belian, alias kayu besi khas
Kalimantan.
2. Jenis dan
Kelas Kayu Yang Umum Digunakan Untuk Bahan Konstruksi
![]() |
KAYU JATI
|
Kayu jati sering dianggap sebagai kayu dengan serat dan tekstur paling indah. Karakteristiknya yang stabil, kuat dan tahan lama membuat kayu ini menjadi pilihan utama sebagai material bahan bangunan. Termasuk kayu dengan Kelas Awet I, II dan Kelas Kuat I, II. Kayu jati juga terbukti tahan terhadap jamur, rayap dan serangga lainnya karena kandungan minyak di dalam kayu itu sendiri. Tidak ada kayu lain yang memberikan kualitas dan penampilan sebanding dengan kayu jati.
Pohon Jati bukanlah jenis pohon yang berada di hutan hujan tropis yang ditandai dengan curah hujan tinggi sepanjang tahun. Sebaliknya, hutan jati tumbuh dengan baik di daerah kering dan berkapur di Indonesia, terutama di pulau Jawa. Jawa adalah daerah penghasil pohon Jati berkualitas terbaik yang sudah mulai ditanam oleh Pemerintah Belanda sejak tahun 1800 an, dan sekarang berada di bawah pengelolaan PT Perum Perhutani. Semua kayu jati kami disupply langsung dari Perhutani dari TPK daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kami tidak memakai kayu jati selain dari 2 daerah tersebut.
Harga kayu jati banyak dipengaruhi dari asal, ukuran dan kriteria batasan kualitas kayu yang ditoleransi, seperti: ada mata sehat, ada mata mati, ada doreng, ada putih. Penentuan kualitas kayu jati yang diinginkan seharusnya mempertimbangkan type aplikasi finishing yang dipilih. Selain melindungi kayu dari kondisi luar, finishing pada kayu tersebut diharapkan dapat memberikan nilai estetika pada kayu tersebut dengan menonjolkan kelebihan dan kekurangan kualitas kayu tersebut.
![]() |
KAYU MERBAU
|
Kayu Merbau termasuk salah satu jenis kayu yang cukup keras dan stabil sebagai alternatif pembanding dengan kayu jati. Merbau juga terbukti tahan terhadap serangga. Warna kayu merbau coklat kemerahan dan kadang disertai adanya highlight kuning. Merbau memiliki tekstur serat garis terputus putus. Pohon merbau termasuk pohon hutan hujan tropis. Termasuk kayu dengan Kelas Awet I, II dan Kelas Kuat I, II. Merbau juga terbukti tahan terhadap serangga. Warna kayu merbau coklat kemerahan dan kadang disertai adanya highlight kuning. Kayu merbau biasanya difinishing dengan melamin warna gelap / tua. Merbau memiliki tekstur serat garis terputus putus. Pohon merbau termasuk pohon hutan hujan tropis. Pohon Merbau tumbuh subur di Indonesia, terutama di pulau Irian / Papua. Kayu merbau kami berasal dari Irian / Papua.
![]() |
KAYU BANGKIRE/YELLOW BALAU
|
Kayu Bangkirai termasuk jenis kayu yang cukup awet dan kuat. Termasuk kayu dengan Kelas Awet I, II, III dan Kelas Kuat I, II. Sifat kerasnya juga disertai tingkat kegetasan yang tinggi sehingga mudah muncul retak rambut dipermukaan. Selain itu, pada kayu bangkirai sering dijumpai adanya pinhole. Umumnya retak rambut dan pin hole ini dapat ditutupi dengan wood filler. Secara struktural, pin hole ini tidak mengurangi kekuatan kayu bangkirai itu sendiri. Karena kuatnya, kayu ini sering digunakan untuk material konstruksi berat seperti atap kayu. Kayu bangkirai termasuk jenis kayu yang tahan terhadap cuaca sehingga sering menjadi pilihan bahan material untuk di luar bangunan / eksterior seperti lis plank, outdoor flooring / decking, dll. Pohon Bangkirai banyak ditemukan di hutan hujan tropis di pulau Kalimantan. Kayu berwarna kuning dan kadang agak kecoklatan, oleh karena itulah disebut yellow balau. Perbedaan antara kayu gubal dan kayu teras cukup jelas, dengan warna gubal lebih terang. Pada saat baru saja dibelah/potong, bagian kayu teras kadang terlihat coklat kemerahan.
![]() |
KAYU KAMPER
|
kayu kamper telah lama menjadi alternatif bahan bangunan yang harganya lebih terjangkau. Meskipun tidak setahan lama kayu jati dan sekuat bangkirai, kamper memiliki serat kayu yang halus dan indah sehingga sering menjadi pilihan bahan membuat pintu panil dan jendela. Karena tidak segetas bangkirai, retak rambut jarang ditemui. Karena tidak sekeras bangkirai, kecenderungan berubah bentuk juga besar, sehingga, tidak disarankan untuk pintu dan jendela dengan desain terlalu lebar dan tinggi. Termasuk kayu dengan Kelas Awet II, III dan Kelas Kuat II, I. Pohon kamper banyak ditemui di hutan hujan tropis di kalimantan. Samarinda adalah daerah yang terkenal menghasilkan kamper dengan serat lebih halus dibandingkan daerah lain di Kalimantan.
![]() |
KAYU KELAPA
|
Kayu kelapa adalah salah satu sumber kayu alternatif baru yang berasal dari perkebunan kelapa yang sudah tidak menghasilkan lagi (berumur 60 tahun keatas) sehingga harus ditebang untuk diganti dengan bibit pohon yang baru. Sebenarnya pohon kelapa termasuk jenis palem. Semua bagian dari pohon kelapa adalah serat /fiber yaitu berbentuk garis pendek-pendek. Anda tidak akan menemukan alur serat lurus dan serat mahkota pada kayu kelapa karena semua bagiannya adalah fiber. Tidak juga ditemukan mata kayu karena pohon kelapa tidak ada ranting/ cabang. Pohon kelapa tumbuh subur di sepanjang pantai Indonesia. Namun, yang paling terkenal dengan warnanya yang coklat gelap adalah dari Sulawesi. Pohon kelapa di jawa umumnya berwarna terang.
![]() |
KAYU MERANTI MERAH
|
Kayu meranti merah termasuk jenis kayu keras, warnanya merah muda tua hingga merah muda pucat, namun tidak sepucat meranti putih. selain bertekstur tidak terlalu halus, kayu meranti juga tidak begitu tahan terhadap cuaca, sehingga tidak dianjurkan untuk dipakai di luar ruangan. Termasuk kayu dengan Kelas Awet III, IV dan Kelas Kuat II, IV. Pohon meranti banyak ditemui di hutan di pulau kalimantan
![]() |
KAYU KARET
|
Botanical Name: Hevea brasiliensis
Family Name: Euphorbiaceae
Kayu Karet, dan oleh dunia internasional disebut Rubber wood pada awalnya hanya tumbuh di daerah Amzon, Brazil. Kemudian pada akhir abad 18 mulai dilakukan penanaman di daerah India namun tidak berhasil. Lalu dibawa hingga ke Singapura dan negara-negara Asia Tenggara lainnya termasuk tanah Jawa.
Warna Kayu
Kayu karet berwarna putih kekuningan, sedikit krem ketika baru saja dibelah atau dipotong. Ketika sudah mulai mengering akan berubah sedikit kecoklatan.
Tidak terdapat perbedaan warna yang menyolok pada kayu gubal dengan kayu teras. Bisa dikatakan hampir tidak terdapat kayu teras pada rubberwood.
Densitas
Kayu karet tergolong kayu lunak - keras, tapi lumayan berat dengan densitas antara 435-625 kg/m3 dalam level kekeringan kayu 12%.
Kayu Karet termasuk kelas kuat II, dan kelas awet III, sehingga kayu karet dapat digunakan sebagai substitusi alternatif kayu alam untuk bahan konstruksi
![]() |
KAYU GELAM
|
Kayu gelam sering digunakan pada bagian perumahan, perahu,
Kayu bakar, pagar, atau tiang tiang sementara. Kayu gelam dengan diameter kecil umumnya dikenal dan dipakai sebagai steger pada konstruksi beton, sedangkan yang berdiameter besar biasa dipakai untuk cerucuk pada pekerjaan sungai dan jembatan. Kayu ini juga dapat dibuat arang atau arang aktif untuk bahan penyerap.
![]() |
KAYU ULIN
|
Kayu ini banyak digunakan untuk bahan bangunan rumah, kantor, gedung, serta bangunan lainnya. Berdasarkan catatan, kayu ulin merupakan salah satu jenis kayu hutan tropika basah yang tumbuh secara alami di wilayah Sumatera Bagian Selatan dan Kalimantan.
Jenis ini dikenal dengan nama daerah ulin, bulian, bulian rambai, onglen, belian, tabulin dan telian.
Pohon ulin termasuk jenis pohon besar yang tingginya dapat mencapai 50 m dengan diameter samapi 120 cm, tumbuh pada dataran rendah sampai ketinggian 400 m. Kayu Ulin berwarna gelap dan tahan terhadap air laut.
Kayu ulin banyak digunakan sebagai konstruksi bangunan berupa tiang bangunan, sirap (atap kayu), papan lantai,kosen, bahan untuk banguan jembatan, bantalan kereta api dan kegunaan lain yang memerlukan sifat-sifat khusus awet dan kuat. Kayu ulin termasuk kayu kelas kuat I dan Kelas Awet I.
![]() |
KAYU AKASIA
|
Kayu Akasia (acacia mangium), mempunyai berat jenis rata-rata 0,75 berarti pori-pori dan seratnya cukup rapat sehingga daya serap airnya kecil. Kelas awetnya II, yang berarti mampu bertahan sampai 20 tahun keatas, bila diolah dengan baik. Kelas kuatnya II-I, yang berarti mampu menahan lentur diatas 1100 kg/cm2 dan mengantisipasi kuat desak diatas 650 kg/cm2. Berdasarkan sifat kembang susut kayu yang kecil, daya retaknya rendah, kekerasannya sedang dan bertekstur agak kasar serta berserat lurus berpadu, maka kayu ini mempunyai sifat pengerjaan mudah, sehingga banyak diminati untuk digunakan sebagai bahan konstruksi maupun bahan meibel-furnitur.
Demikian mengenai materi Mengenal Jenis dan Ciri Kayu Yang Sering Digunakan Sebagai Bahan Konstruksi semoga bermanfaat untuk anda semuanya.
- JENIS
PENGAWETAN KAYU
Keawetan kayu berhubungan erat dengan pemakaiannya.
Kayu dikatakan awet bila mempunyai umur pakai lama. Kayu berumur pakai lama
bila mampu menahan bermacam-macam factor perusak kayu. Dengan kata lain:
keawetan kayu ialah daya tahan suatu jenis kayu terhadap factor-faktor perusak
yang datang dari luar tubuh kayu itu sendiri. Kayu diselidiki keawetannya pada
bagian kayu terasnya, sedangkan kayu gubalnya kurang diperhatikan. Pemakaian kayu
menentukan pula umur keawetannya. Kayu, yang awet dipakai dalam konstruksi
atap, belum pasti dapat bertahan lama bila digunakan di laut, ataupun tempat
lain yang berhubungan langsung dengan tanah.
Demikian pula kayu yang dianggap awet bila dipakai di Indonesia. Serangga
perusak kayu juga berpengaruh besar. Kayu yang mampu menahan serangga rayap
tanah, belum tentu mampu menahan serangan bubuk. Oleh karena itu tiap-tiap
jenis kayu mempunyai keawetan yang berbeda pula. Misalnya keawetan kayu meranti
tidak akan sama dengan keawetan kayu jati. Ada kalanya pada satu jenis kayu
terdapat keawetan yang berbeda, disebabkan oleh perbedaan ekologi tumbuh dari
pohon tersebut.
PRINSIP-PRINSIP DALAM PENGAWETAN KAYU
Untuk
pengawetan yang baik perlu diperhatikan prinsip prinsip di bawah ini:
1. Pengawetan
kayu harus merata pada seluruh bidang kayu.
2. Penetrasi
dan retensi bahan pengawet diusahakan masuk sedalam dan sebanyak mungkin di
dalam kayu.
3. Dalam
pengawetan kayu bahan pengawet harus tahan terhadap pelunturan (faktor bahan
pengawetnya).
4. Faktor waktu
yang digunakan.
5. Metode
pengawetan yang digunakan.
6. Faktor kayu
sebelum diawetkan, meliputi jenis kayu, kadar air kayu, zat ekstraktif yang
dikandung oleh kayu serta sifat-sifat lainnya.
7. Faktor
perlatan yang dipakai serta manusia yang melaksanakannya.
JENIS
PENGAWETAN KAYU
1. Pengawetan
remanen atau sementara (prophylactis treatment) bertujuan menghindari
serangan perusak kayu pada kayu basah (baru ditebang) antara lain blue stain,
bubuk kayu basah dan serangga lainnya. Bahan pengawet yang dipakai antara lain
NaPCP (Natrium Penthaclor Phenol), Gammexane, Borax, baik untuk dolok maupun
kayu gergajian basah.
2. Pengawetan permanent bertujuan menahan semua faktor perusak kayu dalam waktu selama mungkin. Yang perlu diperhatikan dalam pengawetan, kayu tidak boleh diproses lagi (diketam ataupun digergaji, dibor, dan lain-lain), sehingga terbukanya permukaan kayuu yang sudah diawetkan. Bila terpaksa harus diolah, maka bekas pemotongan harus diberi bahan pengawet lagi. Adapun bahan pengawet yang dapat dipakai untuk pengawetan remanen (sementara). Pengawetan remanen umumnya hanya menggunakan metode pelaburan dan penyemprotan, sedangkan pengawetan tetap dapat menggunakan semua metode, tergantung bahan pengawet yang dipakai serta penetrasi dan retensi yang diinginkan. Sehingga pengawetan dapat lebih efektif dan waktu pemakaiannya dapat selama mungkin.
2. Pengawetan permanent bertujuan menahan semua faktor perusak kayu dalam waktu selama mungkin. Yang perlu diperhatikan dalam pengawetan, kayu tidak boleh diproses lagi (diketam ataupun digergaji, dibor, dan lain-lain), sehingga terbukanya permukaan kayuu yang sudah diawetkan. Bila terpaksa harus diolah, maka bekas pemotongan harus diberi bahan pengawet lagi. Adapun bahan pengawet yang dapat dipakai untuk pengawetan remanen (sementara). Pengawetan remanen umumnya hanya menggunakan metode pelaburan dan penyemprotan, sedangkan pengawetan tetap dapat menggunakan semua metode, tergantung bahan pengawet yang dipakai serta penetrasi dan retensi yang diinginkan. Sehingga pengawetan dapat lebih efektif dan waktu pemakaiannya dapat selama mungkin.
Ada 2 macam metode pengawetan yang pokok:
A. Pengawetan metode sederhana :
1. Metode Rendaman
Kayu direndam di dalam bak larutan bahan pengawet yang telah ditentukan
konsentrasi (kepekatan) bahan pengawet dan larutannya, selama beberapa jam atau
beberapa hari. Waktu pengawetan (rendaman) kayu harus seluruhnya terendam,
jangan sampai ada yang terapung. Karena itu diberi beban pemberat dan sticker.
Ada beberapa macam pelaksanaan rendaman, antara lain rendaman dingin, rendaman
panas, dan rendaman panas dan rendaman dingin. Cara rendaman dingin dapat
dilakukan dengan bak dari beton, kayu atau logam anti karat. Sedangkan cara
rendaman panas atau rendaman panas dan dingin lazim dilakukan dalam bak dari
logam.
Bila jumlah kayu yang akan diawetkan cukup banyak, perlu disediakan dua bak
rendaman (satu bak untuk merendam dan bak kedua untuk membuat larutan bahan
pengawet, kemudian diberi saluran penghubung). Setelah kayu siap dengan beban
pemberat dan lain-lain, maka bahan pengawet dialirkan ke bak berisi kayu
tersebut. Cara rendaman panas dan dingin lebih baik dari cara rendaman panas
atau rendaman dingin saja. Penetrasi dan retensi bahan pengawet lebih dalam dan
banyak masuk ke dalam kayu. Larutan bahan pengawet berupa garam akan memberikan
hasil lebih baik daripada bahan pengawet larut minyak atau berupa minyak,
karena proses difusi. Kayu yang diawetkan dengan cara ini dapat digunakan untuk
bangunan di bawah atap dengan penyerang perusak kayunya tidak hebat.
Kelebihan :
A. Penetrasi
dan retensi bahan pengawet lebih banyak
B. Kayu dalam
jumlah banyak dapat diawetkan bersama
C. Larutan
dapat digunakan berulang kali (dengan menambah konsentrasi bila berkurang)
Kekurangan:
A. Waktu agak
lama, terlebih dengan rendaman dingin
B. Peralatan
mudah terkena karat
C. Pada proses
panas, bila tidak hati - hati kayu bisa terbakar
D. Kayu basah
agak sulit diawetkan

Kusen kita rendam kurang lebih 5
– 10 menit agar obat masuk kedalam pori-pori kayu
2. Metode Pencelupan
kayu dimasukkan ke dalam bak berisi larutan bahan pengawet dengan
konsentrasi yang telah ditentukan, dengan waktu hanya beberapa menit bahkan
detik. Kelemahan cara ini: penetrasi dan retensi bahan pengawet tidak
memuaskan. Hanya melapisi permukaan kayu sangat tipis, tidak berbeda dengan
cara penyemprotan dan pelaburan (pemolesan). Cara ini umumnya dilakukan di
industri-industri penggergajian untuk mencegah serangan jamur blue stain. Bahan
pengawet yang dipakai Natrium Penthachlorophenol. Hasil pengawetan ini akan
lebih baik baila kayu yang akan diawetkan dalam keadaan kering dan bahan
pengawetnya dipanaskan lebih dahulu.
Kelebihan :
A. Proses
sangat cepat
B. Bahan
pengawet dapat dipakai berulang kali (hemat)
C. Peralatan
cukup sederhana
Kekurangan :
A. Penetrasi
dan retensi kecil sekali, terlebih pada kayu basah
B. Mudah
luntur, karena bahan pengawet melapisi permukaan kayu sangat tipis.

Metode
Pencelupan
3. Metode Pemulasan
Cara pengawetan ini dapat dilakukan dengan alat yg sederhana. Bahan
pengawet yang masuk dan diam di dalam kayu sangat tipis. Bila dalam kayu
terdapat retak-retak, penembusan bahan pengawet tentu lebih dalam. Cara
pengawetan ini hanya dipakai untuk maksut tertentu,yaitu:
a. Pengawetan
sementara di daerah ekploatasi atau kayu-kayu gergajian untuk mencegah serangan
jamur atau bubuk kayu basah.
b. Untuk
membunuh serangga atau perusak kayu yang belum banyak dan belum merusak kayu
(represif).
c. Untuk pengawetan
kayu yang sudah terpasang. Cara pengawetan ini hanya dianjurkan bila serangan
perusak kayu tempat kayu akan dipakai tidak hebat (ganas).
Kelebihan :
A. Alat
sederhana, mudah penggunaannya
B. Biaya
relatif murah
Kekurangan :
A. Penetrasi
dan retensi bahan pengawet kecil
B . Mudah
luntur
4. Metode Pembalutan
cara pengawetan
ini khusus digunakan untuk mengawetkan tiang-tiang dengan menggunakan bahan
pengawet bentuk cream (cairan) pekat, yang dilaburkan/diletakkan pada permukaan
kayu yang masih basah. Selanjutnya dibalut sehingga terjadilah proses difusi
secara perlahan-lahan ke dalam kayu.
Kelebihan :
A. Peralatan
sederhana
B. Penetrasi
lebih baik, hanya waktu agak lama
C. Digunakan
untuk tiang-tiang kering ataupun basah
Kekurangan :
A. Pemakaian
bahan pengawet boros
B. Jumlah kayu
yang diawetkan terbatas, waktu membalut lama
C. Membahayakan
mahluk hidup sekitarnya (hewan dan tanaman)

Metode Pemulasan
B. Pengawetan metode khusus :
Proses vakum
dan tekanan (cara modern) :
Proses ini ada
2 macam menurut kerjanya :
1. Proses
sel penuh antara lain :
• Proses Bethel
• Proses Burnett
2. Proses
sel kosong antara lain :
• Proses Rueping
• Proses Lowry
Keduanya
berbeda pada pelaksanaan permulaan. Proses Rueping langsung memasukkan bahan
pengawet dengan tekanan sampai ± 4 atmosfer, kemudian dinaikkan sampai sekitar
7-8 atmosfer. Sedangkan pada proses lowry tidak digunakan tekanan awal, tapi
tekanan langsung sampai 7 atmosfer. Beberapa jam kemudian tekanan dihentikan
dan bahan pengawet dikeluarkan dan dilakukan vakum selama 10 menit untuk
membersihkan permukaan kayu dari larutan bahan pengawet.
URUTAN KERJA DALAM PENGAWETAN
Ada dua macam urutan kerja pada proses pengawetan kayu :
1. Urutan kerja pada proses pengawetan sel penuh :
• Kayu dimasukkan ke dalam tangki pengawet, tangki ditutup rapat agar
jangan terjadi kebocoran.
• Dilakukan pengisapan udara (vakum) dalam tangki sampai 60 cm/Hg, selama
kira-kira 90 menit, agar udara dapat keluar dari dalam kayu.
• Sambil vakum dipertahankan, larutan pengawet kayu dimasukkan ke dalam
tangki pengawet hingga penuh.
• Setelah penuh, proses vakum dihentikan kemudian diganti dengan proses
tekanan sampai sekitar 8 – 15 atmosfer selama kurang lebih 2 jam.
• Proses penekanan dihentikan dan bahan pengawet kayu dikeluarkan dari
tangki kembali ke tangki persediaan.
• Dilakukan vakum terakhir sampai 40 cm/Hg, selama 10 – 15 menit, dengan
maksud untuk membersihkan permukaan kayu dari bahan pengawet.
2. Urutan kerja pada proses pengawetan sel kosong :
• Kayu
dimasukkan ke dalam tangki pengawet, tangki ditutup rapat.
• Tanpa vakum,
langsung pemberian tekanan udara sampai 4 atmosfer, selama 10 – 20 menit.
• Sementara
tekanan udara dipertahankan, larutan bahan pengawet dimasukkan ke dalam tangki pengawet
hingga penuh.
• Kemudian
tekanan ditingkatkan sampai 7 – 8 atmosfer selama beberapa jam
• Tekanan
dihentikan dan bahan pengawet dikeluarkan.
•Dilakukan
vakum 60 cm/Hg, selama 10 menit untuk membersihkan permukaan kayu dari
kelebihan bahan pengawet.
Perbedaan proses sel penuh dan sel kosong ialah sebagai berikut :
1. pada proses
sel penuh bahan pengawet dapat mengisi seluruh lumen sel
2. sedangkan
pada sel kosong hanya mengisi ruang antar sel.

Metode Vakum

4.
Kelebihan dan Kekurangan Kayu Sebagai Bahan Konstruksi
Kayu, mungkin dan hampir pasti setiap hari kita melihat yang namanya kayu.
Mulai dari meja, kursi, pintu, rangka atap, dan masih banyak lagi benda yang
menggunakan kayu sebagai bahan pembuatannya. Meski saat ini sudah ada bahan alternatif
pengganti kayu, misalkan saja baja, besi, plastik, dan lain sebagainya, namun
kayu masihlah menjadi bahan yang paling banyak dipergunakan.
Dibandingkan dengan material lain, kayu memiliki beberapa kelebihan,
diantaranya adalah:
- Kayu mudah dalam pengerjaan, bisa dibuat atau dibentuk sesuai
keinginan, misalkan saja untuk ukiran, desain kusen, dll. Selain itu, kayu
juga mudah untuk dipaku, dibaut, dan direkatkan
- Kualitas kayu bisa dilihat secara visual, misalkan saja bila terjadi
cacat kayu dapat diketahui secara kasat mata.
- Kayu lebih tahan terhadap tekanan dan lenturan.
- Dengan adanya bermacam jenis kayu, maka kayu memiliki tekstur yang
baik dan indah.
- Kayu memiliki berat jenis yang cukup ringan sehingga bisa mengapung
dan sifat resonansinya.
- Kayu dapat diubah menjadi bentuk pulp (bubur kayu), dan bisa diolah
untuk dijadikan bahan produk lainnya, misal untuk bahan baku pembuatan
kertas.
Sedangkan kekurangan atau kelemahan material kayu diantaranya adalah:
- Tidak tahan api, sehingga kayu mudah terbakar, apalagi kalau dalam
kondisi kering.
- Kayu tidak dapat dimanfaatkan secara keseluruhan sehingga sisa
penggunaan kayu hanya menjadi limbah.
- Untuk pekerjaan tertentu (yang besar atau lebar), kayu tidak bisa
menutup secara keselurahan karena terbatasnya diameter kayu. Biasanya
untuk menyikapi hal ini kayu harus disambung atau diperlebar/perbesar.
- Kayu mudah diserang oleh serangga pemakan kayu seperti rayap atau
serangga lainnya.
- Kayu mengandung air dan berpengaruh besar terhadap bentuk kayu. Kayu
yang belum kering biasanya masih mengalami penyusutan atau perubahan
bentuk, oleh karena itu kayu harus dikeringkan sebelum digunakan.
- Kayu bersifat higroskopis, dan sensitif terhadap kelembaban.
BAB
III PENUTUP
1. Kesimpulan
Struktur kayu merupakan suatu struktur yang elemen
susunannya adalah kayu.Dalam perkembangannya, struktur kayu banyak digunakan
sebagai alternatif
dalam perencanaan pekerjaan-pekerjaan sipil, diantaranya adalah : rangka kuda-kuda, rangkadan
gelagar jembatan, struktur perancah, kolom, dan balok lantai bangunan.Pada
dasarnya kayu merupakan bahan alam yang banyak memiliki kelemahanstruktural,
sehingga pengunaan kayu sebagai bahan struktur perlu memperhatikan sifat-sifat
tersebut. Oleh sebab itu, maka struktur kayu kurang populer dibandingkan dengan beton
dan baja. Akibatnya saat
ini terdapat kecenderungan beralihnya peran kayu dari bahan struktur
menjadi bahan pemerindah
(dekoratif). Namun demikian pada kondisi tertentu (misalnya : pada daerah tertentu, dimanasecara
ekonomis kayu lebih menguntungkan dari pada penggunaan bahan yang
lain) peranan kayu sebagai bahan struktur masih digunakan.
2. Saran
Kita perlu memperhatikan sifat sifat, jenis, ukuran dan harga ini untuk
menggunakan kayu sebagai bahan kontruksi kita. Sehingga dalam
penggunaannya maksimal.
Daftar Pustaka
Ø http://kontruksibangunan-kb1.blogspot.co.id/2013/03/jenis-dan-ciri-kayu-untuk-bahan-konstruksi.html
Ø https://www.google.co.id/search?q=pengawetan+kayu+dengan+vakum&biw=1366&bih=650&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0CAcQ_AUoAWoVChMIlMv8paaZyAIVxFuOCh2eIQCG#imgrc=2iYJHnEO6zpIDM%3A